Kali ini, saya akan memposting mengenai keamanan wireless. Jaringan Wireless berfungsi sebagai mekanisme pembawa antara peralatan atau antar
peralatan dan jaringan kabel tradisional (jaringan perusahaan dan internet). Jaringan
wireless banyak jenisnya tapi biasanya digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan
jangkauannya: Wireless Wide Area Network (WWAN), WLAN, dan Wireless Personal
Area Network (WPAN). WWAN meliputi teknologi dengan daerah jangkauan luas
seperti selular 2G, Cellular Digital Packet Data (CDPD), Global System for Mobile
Communications (GSM), dan Mobitex. WLAN, mewakili local area network wireless,
termasuk diantaranya adalah 802.11, HiperLAN, dan beberapa lainnya. WPAN, mewakili
teknologi personal area network wireless seperti Bluetooth dan infra merah. Semua
teknologi ini disebut “tetherless” dimana mereka menerima dan mengirim informasi
menggunakan gelombang electromagnet (EM). Teknologi wireless menggunakan
panjang gelombang berkisar dari frekwensi radio (RF) hingga inframerah. Frekwensi
pada RF mencakup bagian penting dari spectrum radiasi EM, yang berkisar dari 9
kilohertz (kHz), frekwensi terendah yang dialokasikan untuk komunikasi wireless, hingga
ribuan gigahertz (GHz). Karena frekwensi bertambah diluar spectrum RF, energi EM
bergerak ke IR dan kemudian ke spectrum yang tampak.
Kemunculan Wifi mulanya, peralatan handheld mempunyai kegunaan yang terbatas karena ukurannya dan
kebutuhan daya. Tapi, teknologi berkembang, dan peralatan handheld menjadi lebih kaya
akan fitur dan mudah dibawa. Yang lebih penting, berbagai peralatan wireless dan
teknologi yang mengikutinya sudah muncul. Telepon mobil, sebagai contoh, telah
meningkat kegunaannya yang sekarang memungkinkannya berfungsi sebagai PDA selain
telepon. Smart phone adalah gabungan teknologi telepon mobil dan PDA yang
menyediakan layanan suara normal dan email, penulisan pesan teks, paging, akses web
dan pengenalan suara. Generasi berikutnya dari telepon mobil, menggabungkan
kemampuan PDA, IR, Internet wireless, email dan global positioning system (GPS).
Pembuat juga menggabungkan standar, dengan tujuan untuk menyediakan peralatan yang
mampu mengirimkan banyak layanan. Perkembangan lain yang akan segera tersedia
adalahl sistem global untuk teknologi yang berdasar komunikasi bergerak (berdasar
GSM) seperti General Packet Radio Service (GPRS), Local Multipoint Distribution
Service (LMDS), Enhanced Data GSM Environment (EDGE), dan Universal Mobile
Telecommunications Service (UMTS). Teknologi-teknologi ini akan menyediakan laju
transmisi data yang tinggi dan kemampuan jaringan yang lebih besar. Tapi, masingmasing
perkembangan baru akan menghadirkan resiko keamanannya sendiri,dan badan
pemerintah harus memikirkan resiko ini untuk memastikan bahwa asset yang penting
tetap terjaga.
Jaringan Wifi memiliki lebih banyak kelemahan dibanding dengan jaringan kabel. Saat ini perkembangan
teknologi wifi sangat signifikan sejalan dengan kebutuhan sistem informasi yang mobile. Banyak
penyedia jasa wireless seperti hotspot komersil, ISP, Warnet, kampuskampus maupun perkantoran sudah
mulai memanfaatkan wifi pada jaringan masing masing, tetapi sangat sedikit yang memperhatikan
keamanan komunikasi data pada jaringan wireless tersebut. Hal ini membuat para hacker menjadi tertarik
untuk mengexplore keamampuannya untuk melakukan berbagai aktifitas yang biasanya ilegal
menggunakan wifi.
Pada artikel ini akan membahas berbagai jenis aktivitas dan metode yang dilakukan para hacker wireless
ataupun para pemula dalam melakukan wardriving. Wardriving adalah kegiatan atau aktivitas untuk
mendapatkan informasi tentang suatu jaringan wifi dan mendapatkan akses terhadap jaringan wireless
tersebut. Umumnya bertujuan untuk mendapatkan koneksi internet, tetapi banyak juga yang melakukan
untuk maksud tertentu, mulai dari rasa keingintahuan, coba coba, research, tugas praktikum,
kejahatan dan lain lain.
Kelemahan jaringan wireless secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni kelemahan pada
konfigurasi dan pada jenis enkripsi yang digunakan. Salah satu contoh penyebab kelemahan
pada konfigurasi karena saat ini untuk membangun sebuah jaringan wireless cukup mudah. Banyak
vendor yang menyediakan fasilitas yang memudahkan pengguna atau admin jaringan sehingga sering
ditemukan wireless yang masih menggunakan konfigurasi wireless default bawaan vendor. Yang sering ditemukan biasanya wireless yang dipasang pada jaringan masih menggunakan setting default bawaan vendor
seperti SSID, IP Address , remote manajemen, DHCP enable, kanal frekuensi, tanpa enkripsi bahkan
user/password untuk administrasi wireless tersebut.
WEP (Wired Equivalent Privacy) yang menjadi standart keamanan wireless sebelumnya, saat ini dapat
dengan mudah dipecahkan dengan berbagai tools yang tersedia gratis di internet. WPAPSK dan LEAP
yang dianggap menjadi solusi menggantikan WEP, saat ini juga sudah dapat dipecahkan dengan metode
dictionary attack secara offline.
Kelemahan Wireless pada Lapisan Fisik
Wifi menggunakan gelombang radio pada frekuensi milik umum yang bersifat bebas digunakan oleh
semua kalangan dengan batasan-batasan tertentu. Setiap wifi memiliki area jangkauan tertentu tergantung
power dan antena yang digunakan tidak mudah melakukan pembatasan area yang dijangkau pada wifi. Hal ini menyebabkan berbagai dimungkinan terjadi aktifitas-aktifitas diantaranya:
– Interception (penyadapan), Hal ini sangat mudah dilakukan, dan sudah tidak asing lagi bagi para hacker. Berbagai tools dengan mudah di peroleh di internet. Berbagai teknik kriptografi dapat dibongkar oleh tools-tools tersebut.
– Injection
Seminar Wireless dan Keamanan Wireless, Pada saat transmisi melalui radio, dimungkinkan dilakukan injection karena berbagai kelemahan pada
cara kerja wifi dimana tidak ada proses validasi siapa yang sedang terhubung atau siapa yang
memutuskan koneksi saat itu.
– Jamming, sangat dimungkinkan terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja, karena ketidak tahuan
pengguna wireless tersebut. Pengaturan penggunaan kanal frekuensi merupakan keharusan agar
jamming dapat di minimalisir. Jamming terjadi karena frekuensi yang digunakan cukup sempit
sehingga penggunaan kembali channel sulit dilakukan pada area yang padat jaringan nirkabelnya.
– Locating Mobile Nodes
Dengan berbagai software, setiap orang mampu melakukan wireless site survey dan mendapatkan
informasi posisi letak setiap Wifi dan beragam konfigurasi masing masing. Hal ini dapat dilakukan dengan peralatan sederhana spt PDA atau laptop dengan di dukung GPS sebagai penanda osisi.
– Access Control
Dalam membangun jaringan wireless perlu di design agar dapat memisahkan node atau host yang
dapat dipercaya dan host yang tidak dapat dipercaya. Sehingga diperlukan access control yang baik.
– Hijacking
Serangan MITM (Man In The Middle), Dapat terjadi pada wireless karena berbagai kelemahan
protokol tersebut sehingga memungkinkan terjadinya hijacking atau pengambilalihan komunikasi
yang sedang terjadi dan melakukan pencurian atau modifikasi informasi.
Kelemahan pada Lapisan MAC (Data Layer)
Pada lapisan ini terdapat kelemahan yakni jika sudah terlalu banyak node (client) yang menggunakan channel yang
sama dan terhubung pada AP yang sama, maka bandwidth yang mampu dilewatkan akan menurun. Selain itu MAC
address sangat mudah di spoofing (ditiru atau di duplikasi) membuat banyak permasalahan keamanan. Lapisan data
atau MAC juga digunakan dalam otentikasi dalam implementasi keamanan wifi berbasis WPA Radius (802.1x plus
TKIP/AES).
Tiga layanan kemanan dasar yang ditentukan oleh IEEE untuk lingkungan WLAN adalah
sebagai berikut :
• Otentifikasi. Tujuan utama dari WEP adalah untuk menyediakan layanan
keamanan untuk memastikan identitas lokasi clien yang berkomunikasi. Ini
menyediakan kontrol bagi jaringan dengan menolak akses ke stasion klien yang
tidak dapat memberika otentifikasi secara benar. Layanan ini menangani
pertanyaan,”Apakah hanya orang-orang yang berhak yang diijinkan untuk
mendaptkan akses ke jaringan saya ?”
• Kerahasiaan. Kerahasiaan, atau privasi, bertujuan agar kedua WEP ini dibuat
untuk menyediakan “privasi yang diperoleh pada jaringan kabel.” Maksudnya
adalah untuk mencegah bocornya informasi dengan cara menguping (serangan
pasif). Layanan ini, secara umum, menangani pertanyaan,”Apakah hanya orangorang
yang berhak yang diijinkan melihat data saya ?”
• Integritas. Tujuan lain dari WEP adalah layanan keamanan yang dibuat untuk
memastikan bahwa pesan tidak dirubah sewaktu pengiriman antara klien wireless
dan access point dalam serangan aktif. Layanan ini menangani
pertanyaan,”Apakah data yang datang ke atau keluat jaringan dapat dipercaya ?
Apakah data ini telah dirusak ?”
Penting untuk dicatat bahwa standar tidak menangani layanan keamanan lain seperti
audit, otorisasi, dan pengakuan.
A. Otentifikasi
Spesifikasi IEEE 802.11
menentukan dua cara untuk memvalidasi pengguna wireless
yang mencoba untuk mendapatkan akses ke jaringan kabel: otentifikasi open-system dan
otentifikasi shared-key. Otentifikasi shared-key didasarkan pada kriptografi, dan yang
lainnya tidak. Teknik otentifikasi open-system bukan benar-benar otentifikasi; access
point menerima stasion bergerak tanpa memverifikasi identitas stasion. Harus juga dicatat
bahwa otentifikasi hanya satu arah yaitu hanya stasion bergerak yang di otentifikasi.
Stasion bergerak harus percaya bahwa dia sedang berkomunikasi dengan AP nyata. Taksonomi Teknik Otentifikasi 802.11
Dengan otentifikasi open system, clien diotentifikasi jika dia merespon dengan alamat
MAC selama keduanya bertukar pesan dengan access point. Selama pertukaran, klien
tidak divalidasi tapi hanya merespon dengan kolom yang benar pada saat pertukaran
pesan. Nyatanya, tanpa validasi kriptografis, otentifikasi open-system sangat rentan
terhadap serangan dan mengundang akses yang tidak berhak. Otentifikasi open-system
adalah satu-satunya bentuk otentifikasi yang dibutuhkan oleh spesifikasi 802.11.
Otentifikasi shared-key adalah teknik kriptografis untuk otentifikasi. Ini adalah skema
“challenge-response” sederhana berdasarkan pada apakah klien mempunyai pengetahuan
tentang rahasia shared. Pada skema ini, seperti digambarkan pada gambar 3, teguran acak
dihasilkan oleh access point dan dikirimkan ke klien wireless. Klien, dengan
menggunakan kunci kriptografis yang di shared dengan AP, mengenkrip teguran ini (atau
disebut “nonce” dalam bahasa keamanan) dan mengembalikan hasilnya ke AP. AP
mendekrip hasil yang dikirimkan oleh klien dan memungkinkan akses hanya jika nilai
yang didekrip sama dengan teguran acak yan dikirimkan. Algoritma yang digunakan
dalam perhitungan kriptografi dan untuk pembuatan teks teguran 128 bit adalah RC4
stream chipher yang dibuat oleh Ron Rivest dari MIT. Harus dicatat bahwa metoda
otentifikasi yang dijelaskan diatas adalah teknik kriptografi yang belul sempurna, dan ini
tidak menyediakan otentifikasi dua arah. Yaitu, klien tidak mengotentifikasi AP, dan
karena itu tidak ada keyakinan bahwa klien sedang berkomunikasi dengan AP dan
jaringan wireless yang sah. Juga penting dicatat bahwa skema challenge-response sepihak
dan sederhana diketahui lemah. Mereka mengalami banyak serangan dari orang-orang
yang tidak berpengalaman. Spesifikasi IEEE 802.11 tidak memerlukan otentifikasi
shared-key.
Gambar 3. Aliran Pesan Otentifikasi Shared-key.
B. Privasi
Standar 802.11
mendukung privasi (kerahasiaan) melalui penggunaan teknik kriptografis
untuk interface wireless. Teknik kriptografis WEP untuk kerahasiaan juga menggunakan
algoritma RC4 symmetric-key, stream chipper untuk membuat urutan data semi acak.
“Key stream” ini cukup dengan ditambah modulo 2 (eksklusif OR) ke data yang akan
dikirmkan. Melalui teknik WEP, data dapat dilindungi dari pengungkapan selama
pengiriman melalui hubungan wireless. WEP diterapkan ke semua data diatas lapisan
WLAN 802.11 untuk melindungi lalulintas seperti Transmission Control
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP), Internet Packet Exchange (IPX), dan Hyper Text
Transfer Protocol (HTTP).
Seperti ditentukan pada standar 802.11, WEP mendukung hanya ukuran kunci
kriptografis 40 bit untuk shared key. Tapi, banyak vendor menawarkan ekstensi WEP
yang tidak standar yang mendukung panjang key dari 40 bit hingga 104 bit. Setidaknya
satu vendor mendukung ukuran key 128 bit. Kunci WEP 104 bit, misalnya, dengan
Initialization Vector (IV) 24 bit menjadi key RC4 128 bit. Secara umum, semuanya sama,
kenaikan ukuran key meningkatkan keamanan dari teknik kriptografis. Tapi, selalu
dimungkinkan bahwa kekurangan penerapan atau kekurangan rancangan menjadikan key
yang panjang menurun keamanannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa ukuran key
lebih besar dari 80 bit, membuat pemecahan kode menjadi hal yang tidak mungkin.
Untuk key 80 bit, jumlah key yang mungkin-dengan ruang key lebih dari 10- melampaui
daya perhitungan. Pada pelaksanaannya, sebagian besar penggunaan WLAN tergantung
pada key 40 bit. Lebih lanjut, serangan baru-baru ini telah menunjukkan bahwa
pendekatan WEP untuk privasi rentan terhadap serangan tertentu tanpa memandang
ukuran key. Tapi, komunitas standar kriptografis dan vendor WLAN telah membuat
WEP yang telah ditingkatkan, yang tersedia sebagai penerapan pra standar vendor
tertentu. Privasi WEP Menggunakan Algoritma RC4.
C. Integritas
Spesifikasi IEEE 802.11
menguraikan alat untuk menyediakan integritas data pada
pesan yang dikirmkan antara klien wireless dan access point. Layanan keamanan ini
dirancang untuk menolak setiap pesan yang telah dirubah oleh musuh aktif “ditengah”.
Tenik ini menggunakan pendekatan Cyclic Redundancy Check terenkripsi sederhana.
Seperti digambarkan pada diagram diatas, CRC-32, atau urutan pengecekan frame,
dihitung pada masing-masing payload sebelum transmisi. Paket yang dibungkus
integritas kemudian dienkripsi menggunakan key stream RC4 untuk menyediakan ciphertext
message. Pada bagian penerima, dekripsi dilakukan dan CRC dihitung ulang pada
pesan yang diterima. CRC yang dihitung pada bagian penerima dibandingkan dengan
yang dihitung pada pesan asli. Jika CRC tidak sama, yaitu, “diterima dengan kesalahan”,
ini akan mengindikasikan pelanggaran integritas dan paket akan dibuang. Seperti dengan
layanan privasi, integritas 802.11 rentan terhadap serangan tertentu tanpa memandang
ukuran kunci. Kekurangan mendasar dalam skema integritas WEP adalah CRC sederhana
bukan mekanisme aman secara kriptografis seperti hash atau kode otentifikasi pesan.
Sayangnya, spesifikasi IEEE 802.11 tidak menentukan alat apapun untuk manajemen key
(penanganan daur hidup dari key kriptografis dan materi terkait). Oleh karena itu,
pembuatan, pendistribusian, penyimpanan, loading, escrowing, pengarsipan, auditing,
dan pemusnahan materi itu diserahkan pada WLAN yang dipakai. Manajemen key pada
802.11 diserahkan sebagai latihan bagi pengguna jaringan 802.11. Sebagai hasilnya,
banyak kerentanan dapat dimasukkan ke lingkungan WLAN. Kerentanan ini termasuk
kunci WEP yang tidak unik, tidak pernah berubah, default pabrik, atau kunci lemah
(semua nol, semua satu, berdasarkan pada password yang mudah ditebak, atau polapola
lain yang mudah). Sebagai tambahan, karena manajemen key bukan merupakan
bagian dari spesifikasi 802.11 asli, karena distribusi key tidak terselesaikan, maka WLAN
yang diamankan dengan WEP tidak terjaga dengan baik. Jika sebuah perusahaan
mengetahui kebutuhan untuk sering merubah key dan membuatnya acak, maka ini
merupakan tugas berat pada lingkungan WLAN yang besar. Sebagai contoh, kampus
besar bisa mempunyai AP sebanyak 15.000. Pembuatan, pendistribusian, loading, dan
pengaturan key untuk lingkungan seukuran ini merupakan tantangan yang cukup berat.
Sudah disarankan bahwa satu-satunya cara untuk mendistribusikan key pada lingkungan
dinamis yang besar adalah dengan mengumumkannya. Tapi, tenet kriptografi dasar
adalah bahwa key kriptografis tetap rahasia. Karena itu kita mempunyai dikotomi.
Dikotomi ini ada untuk setiap teknologi yang menolak untuk menangani masalah
distribusi key.